Oleh Abu Hasan
Tulisan ini hasil pembahasan buku yang berjudul Limitless Mind karya Jo Boaler dalam program SABUSABU (satu bulan satu buku) BPMP SULTENG, edisi perdana bulan September 2022. Melalui buku ini Jo Boaler menepis keyakinan tentang kemampuan otak terbatas dan ditentukan oleh keturunan.
Profil Jo Boaler
Dr. Jo Boaler adalah profesor pendidikan dan kesetaraan di Universitas Stanford dan direktur fakultas youcubed—sumber daya pendidikan yang telah menjangkau lebih dari 230 juta peserta didik. Dia adalah penulis MOOC pertama tentang pengajaran dan pembelajaran matematika, serta sembilan buku matematika dan berbagai artikel penelitian. Karyanya telah diterbitkan di New York Time, majalah TIME , The Telegraph, The Atlantic, The Wall Street Journal , dan banyak outlet berita lainnya. Dia disebut oleh BBC sebagai salah satu dari delapan pendidik “mengubah wajah pendidikan.” Dia tinggal di Stanford, California.
Latar Belakang
Sejak memasuki sekolah sebagai kanak-kanak, pemahaman kita dibentuk oleh keyakinan untuk merasa bahwa otak tiap peserta didik adalah entitas tetap, mampu mempelajari beberapa hal tertentu tetapi hal-hal lainnya tidak, secara eksklusif terpengaruh oleh genetika. Pemahaman seperti ini terpelihara hingga masa dewasa, katika pemahaman ini diterima begitu saja dapat menjadi keyakinan yang mengakar lama tentang kemampuan berpikir. Sebagai contoh: ada peserta didik tertentu tidak memiliki “otak matematika” atau ada di antara mereka bukan “tipe kreatif” karena dipengaruhi oleh faktor keturunan. Asumsi-asumsi merusak ini (menurut sains mutakhir adalah palsu) kadang-kadang memengarui guru, berdampak pada kepercayaan diri dan ketidaksediaan peserta didik untuk mencoba hal-hal baru dan membatasi pilihan-pilihannya, dan pada akhirnya, berpengaruh kepada masa depan mereka.
Salah satu tokoh yang mendukung keyakinan ini adalah Dr. Michael Johnson, peneliti dari Fakultas Kedokteran Imperial College yang menyatakan bahwa faktor genetis punya peran penting dalam hal kecerdasanan, namun sampai sekarang belum diketahui gen mana yang berhubungan (dengan hal tersebut). Beberapa peneliti lainnya mempercayai kalau kecerdasan seseorang itu diwariskan. Dari hasil penelitian mereka menunjukkan sekitar 75 persen dari IQ seseorang ditentukan oleh faktor genetik, dan sisanya oleh faktor lingkungan seperti pendidikan dan pergaulan seseorang.
Jo Boaler telah menghabiskan beberapa dekade mempelajari dampak kepercayaan dan bias dari hasil penelitian dan dari keyakinan di atas. Dalam buku Limitless Mind ini, dia mengungkapkan enam kunci untuk membuka potensi pembelajaran kita yang tak terbatas. Keenam kunci ini sekaligus menepis keyakinan bahwa kondisi otak seseorang tetap dan dipengaruhi oleh keturunan. Penelitiannya membuktikan bahwa mereka yang mencapai tingkat prestasi belajar tertinggi tidak melakukannya karena kecenderungan genetik terhadap satu keterampilan, tetapi karena keenam kunci yang dia ungkapkan dalam buku tersebut. Menurut Jo Boaler otak kita tidak “tetap”, tetapi sepenuhnya mampu berubah, tumbuh, beradaptasi, dan menyambung kembali. Ingin mahir dalam matematika? Belajar bahasa asing? Bermain gitar? Menulis sebuah buku? Kebenarannya bukan hanya bahwa siapapun pada usia berapapun dapat mempelajari apapun, tetapi tindakan belajar itu sendiri secara mendasar mengubah siapa kita, dan apa yang terus kita capai. Enam kunci pembuka potensi pembelajaran yang tidak terbatas dalam buku Limitless Mind karya Jo Boaler dapat dibaca pada uraian berikut.
Ada perbedaan keyakinan para saintis tentang otak manusia, sebagai berikut: (a) otak tetap sejak lahir. Tindakan masuk akal dilakukan oleh para guru di sekolah yang berkesesuaian dengan keyakinan ini adalah dengan membagi peserta didik ke dalam kelompok-kelompok berbeda dan mengajari mereka dengan cara berbeda; (b) otak menjadi tetap saat orang-orang memasuki usia dewasa, bahkan bisa menyusut; (c) otak bisa bertumbuh dan berkembang setiap harinya, termasuk otak orang dewasa. Saat belajar, serat saraf otak tumbuh dengan 3 cara: (1) sebuah jalur baru terbentuk; (2) jalur semakin kuat; (3) sebuah koneksi terbentuk diantara dua jalur yang sebelumnya tidak terhubung.
Setiap kali belajar, otak kita terbentuk, diperkuat, atau menghubungkan jalur-jalur neural. Kita harus menggantikan gagasan bahwa kemampuan belajar itu tetap dengan menerima bahwa kita semua berada dalam perjalanan untuk bertumbuh. Setiap hal baru akan memperkuat hasil belajar sebelumnya, makin menguatkan fungsi pikiran dan makin mempertajam kemampuan otak. Terkait hal ini, memahami hubungan antara pikiran seorang anak, siapa, dan bagaimana mereka dipersepsikan, sangat penting untuk menciptakan generasi anak-anak yang berpikir tanpa batas.
Dalam memfasilitasi proses pembelajaran, seorang guru tidak mengetahui batas kemampuan otak tiap peserta didiknya. Oleh karena itu, upaya maksimal layanan pembelajaran perlu dilakukan untuk mengembangkan potensi mereka, yakinkan bahwa tiap peserta didik memiliki potensi yang besar untuk menguasai kompetensi yang menjadi target belajarnya. Kualitas otak mereka yang paling penting adalah kemampuan beradaptasi dan potensinya untuk berubah dan bertumbuh. Otak tiap peserta didik mengalami pengaturan ulang, bertumbuh dan berubah setelah mengikuti pembelajaran.
2. Kesalahan, Kesulitan, bahkan Kegagalan itu Pengalaman Berharga
Permasalahan praktis dalam pembelajaran terkait dengan upaya meningkatkan motivasi belajar peserta didik adalah guru merancang kelas agar semua anak berhasil, dengan soal-soal ringan dan tidak menantang agar para murid bisa menjawab dengan benar. Hal ini untuk tujuan memotivasi murid menuju kesuksesan yang lebih besar. Target guru adalah semua peserta didik mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Tentu hal ini masuk akal, namun dapat menjadi masalah ketika anak selalu dapat menjawab soal dengan benar karena soalnya mudah adalah bukan latihan otak yang bagus. Terkait dengan permasalahan ini, disarankan:
a. Agar murid mengalami pertumbuhan, mereka harus mengerjakan soal-soal yang menantang yang berada di batas pemahaman mereka.
b. Penting menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung kesalahan dan membuat para murid mengetahui keuntungan kesalahan, mereka tidak merasa direndahkan atas kesulitan/kesalahan tersebut.
Dalam merespon kesalahan peserta didik, ada perbedaan persepsi sebagai berikut: pertama, kebanyakan peserta didik merespon kesalahan-kesalahan secara negative dengan menyalahkan diri sendiri dan merasa tidak enak. Tidak sedikit di antara mereka mempersepsikan kesalahan itu hal yang buruk. Tidak jarang kondisi ini diperkuat oleh guru dengan mengedepankan pemberian hukuman kepada peserta didik hingga menjadi jera. Tindakan semacam ini tidak bisa dibenarkan, karena pada saat-saat peserta didik menghadapi kesulitan dan melakukan kesalahan adalah saat-saat terbaik untuk pertumbuhan otak mereka. Seyogyanya guru memberikan motivasi kepada peserta didik yang membuat kesalahan untuk berjuang dan ketika membuat kesalahan tetap memotivasi untuk mencari solusi terbaik mengatasi kesalahan tersebut. Yakinkan kepada mereka bahwa otak merespons kesalahan yang mereka lakukan dengan hasil yang positif ketika serius memikirkan penyebab kesalahan tersebut, serta mencari jalan keluar terbaik yang harus dilakukan.
Berikut ini kutipan yang paling disukai Jo Boaler dalam bukunya Limitless Mind dari bukunya Rowling, yaitu: “Mustahil hidup tanpa gagal dalam sesuatu, kecuali kita hidup dengan sangat berhati-hati sehingga mungkin sama sekali tidak hidup – dan dalam kasus tersebut, kita sudah gagal sejak awal”. Pernyataan dalam kutipan ini mengandung makna bahwa kegagalan adalah hal yang biasa dialami semua orang. Tuhan menciptakan manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya, memiliki potensi melakukan kebaikan dan kesalahan. Tidak mungkin ada manusia hidup tanpa kesalahan, setiap kesalahan perlu direspon secara positif untuk perbaikan. Demikian pula dalam pembelajaran, tidak perlu guru menuntut peserta didik wajib mengerjakan tugas belajar dengan benar. Contoh kasus, tidak memberi tugas tertentu (misal: sebagai petugas upacara) kepada peserta didik karena tidak yakin bisa melakukannya dengan benar. Semua peserta didik butuh belajar membangun kepercayaan dirinya untuk tampil di hadapan banyak orang, jika ada kesalahan dalam tampil merupakan hal yang wajar. Tidak masalah jika ada kesalahan, perlu ditanamkan keyakinan bahwa peserta didik mampu mempelajari sesuatu, dan ketika peserta didik menyadari bisa menghadapi tugas tertentu, maka yang bersangkutan telah belajar bahwa kesulitan itu bisa diatasi dengan caranya sendiri, dengan latihan, dan/atau dengan bertanya kepada orang lain.
Upaya memaksimalkan kerja otak dengan menggunakannya untuk berpikir mengatasi masalah bisa dilakukan lebih baik jika diberikan keleluasaan mencari banyak alternatif dalam memecahkan masalah tersebut. Berikut dua ilustrasi yang disajikan oleh Jo Boaler dalam bukunya Limitless Mind pada halaman 56 dan 57 yang berkaitan dengan kesulitan yang dialami peserta didik menjadi pembelajaran bermakna dalam kegiatan belajarnya.
Gambar 1. Ilustrasi Lubang Pembelajaran menurut James Nottingham
Gambar 2. Ilustrasi Jo Boaler Perihal Lubang Pembelajaran
3. Mengubah Pikiran, Mengubah Realitas Kita
Keyakinan memiliki pengaruh yang kuat terhadap tumbuh kembang jaringan sel-sel dalam tubuh seseorang, termasuk tumbuh kembang sel-sel syaraf otak. Ketika seseorang mengubah keyakinan, tubuh dan otak secara fisik berubah juga. Pola pikir memiliki kekuatan luar biasa atas tubuh dan otot-ototnya. Menurut riset, orang yang melakukan pekerjaan pada tugas tertentu dan dijalankan seperti halnya sedang latihan dan/atau olahraga, maka dampaknya mereka memiliki tingkat kesehatan dan kebugaran yang lebih baik.
Terkait dengan kemampuan mempelajari bidang tertentu atau melakukan sesuatu, ada perbedaan mindset, yaitu: (1) Seseorang bisa mempelajari apapun, bidang apapun, dan (2) Kecerdasan tetap dan ada batas-batas bidang yang bisa dipelajari dengan sukses. Hal penting dibalik perbedaan ini, keyakinan atas gagasan-gagasan tentang diri sendiri adalah penting, dan mengubah gagasan bisa mengubah pencapaian seseorang. Implementasi dalam pembelajaran, pemberian motivasi dengan memberikan keyakinan bahwa peserta didik mampu menyelesaikan tugas belajar dengan baik, serta pemberian stimulus yang tepat bisa meningkatkan kesuksesan belajarnya.
Gambar 3. Progress Belajar Peserta Didik dengan Keyakinan Berbeda
Peserta didik yang meyakini bahwa mereka mampu belajar dengan baik maka hasil belajar mereka juga cenderung lebih baik. Berikut ini grafik perbedaan progress belajar peserta didik dengan keyakinan berbeda berdasarkan hasil penelitian Jo Boaler yang dimuat di buku Limitless Mind.
4. Otak yang Terhubung
Kunci untuk membuka potensi pembelajaran yang tak terbatas keempat dalam buku Limitless Mind karya Jo Boaler berkaitan dengan kondisi otak yang terhubung. Pada pembahasan sebelumnya, Jo Boaler menegaskan bahwa ada perubahan pola pikir tumbuh seiring perkembangan sel syaraf otak saat digunakan untuk berpikir. Kemampuan berpikir dipengaruhi stimulus, kecukupan informasi yang digunakan untuk berpikir memecahkan masalah tertentu atau mempelajari topik tertentu memiliki peranan penting untuk kesuksesannya. Oleha karena itu, dalam pembelajaran penting guru memulai dengan melakukan apersepsi. Melalui apersepsi, guru mengajak peserta didik mengaitkan informasi yang telah diketahuinya untuk memahami keterhubungannya dengan topik pembelajaran baru yang akan dipelajari.
Dalam pembelajaran, sangat penting bagi guru untuk senantiasa menguatkan kinerja otak dengan memberikan tugas-tugas yang menantang kepada peserta didik. Dibalik kesulitan dalam menyelesaikan tugas belajar, sel-sel syaraf otak semakin terangsang berkembang saat digunakan untuk menyelesaikan kesulitan tersebut. Terkait hal ini, guru perlu memberikan stimulus dan permasalahan-permasalahan yang berada dalam jangkauan peserta didik, sesuai usia perkembangan peserta didik. Pada sisi lain, terhadap sesuatu yang tidak diketahui secara pasti, guru penting untuk mengajak peserta didik bersikap terbuka yang diikuti dengan kegiatan eksplorasi menemukan informasi/data yang dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan tugas belajarnya. Kondisi yang demikian sangat baik, dapat merangsang perkembangan sel-sel syaraf otak dan tentunya meningkatkan keberhasilan dalam belajar.
Dalam Limitless Mind, Jo Boaler menyajikan beberapa kutipan penting berkaitan dengan pemanfaatan otak untuk berpikir. Berikut ini disajikan kutipan dari pernyataan Einstein, yaitu:
Kutipan lain dalam bukunya, Jo Boaler mengangkat hasil penelitian Scott Barry Kauman, dkk. sebagai berikut:
Guru perlu menggunakan pendekatan multidimensi sebagai upaya mengkatifkan fungsi otak peserta didik dengan berbagai tugas belajar kegiatan menggali data, merekam suara, membuat daftar, menghitung, mengukur, menulis dengan menggunakan perangkat yang berbeda-beda. Pendekatan ini perlu dikembangkan pada semua mata pelajaran dengan meminta murid menginterpretasi sendiri materi yang dipelajarinya. Terkait hal ini, guru perlu memastikan setiap peserta didik aktif memikirkan materi pelajaran yang disajikannya. Dan menghindari pola lama yang lebih mengedepankan dominan memberikan petunjuk dan menuntun peserta didik dalam menyelesaikan tugas belajarnya. Berikut ini beberapa model pertanyaan yang baik disajikan pada lembar kerja peserta didik.
Upaya membuka pikiran peserta didik untuk memandang diri sendiri dan orang lain memiliki potensi tak terbatas. Dampaknya akan membesar saat guru membuka kesempatan untuk pendekatan-pendekatan yang berbeda dalam pembelajaran. Sifat pendekatan-pendekatan multidimensi dilakukan untuk strategi pendekatan mindset tumbuh. Terkait dengan bekerja menyelesaikan tugas belajar dengan pendekatan multidimensi, penting memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
Permasalahan pembelajaran yang sering muncul di sekolah dalam banyak ruang kelas, peserta didik diberi soal tanpa mengetahui cara mengaksesnya, menyebabkan tumbuh pikiran negative tentang diri sendiri saat tidak mampu menyelesaikan tugas belajarnya. Permasalahan ini banyak terjadi bagi peserta didik yang tidak menguasai materi prasyarat untuk mempelajari materi terstruktur pada mata pelajaran tertentu. Selain itu, guru tidak memberikan informasi dan bahkan tidak memberikan kesempatan untuk mengakses dan mempelajari materi prasyarat secara tuntas sebelum mempelajari materi baru. Kondisi inilah yang menyebabkan peserta didik kesulitan belajar dan berdampak pada ketidak-percayaan diri untuk mempelajari mata pelajaran tertentu karena diyakininya tidak mampu.
5. Kecepatan Tidak Lagi Penting dan Fleksibilitas Menjadi Penting
Pemahaman yang sebaiknya dibangun oleh para guru agar peserta didik memahami materi pelajaran secara mendalam dengan kemampuan berpikir yang berkembang maksimal adalah dengan mengutamakan kreativitas dan fleksibilitas daripada kecepatan. Pertimbangan utamanya adalah kecepatan berpikir bukan ukuran keahlian. Pembelajaran akan maksimal saat kita mendekati gagasan-gagasan, dan kehidupan dengan kreativitas dan fleksibilitas.
Pengukuran terhadap capaian hasil belajar peserta didik, guru perlu menggunakan instrumen penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang diukur. Selama ini, para guru lebih sering menggunakan instrumen test dibandingkan bentuk dan jenis instrumen lainnya. Meskipun lebih mudah diukur tingkat keberhasilannya dengan tes, hasil belajar yang terburu-buru biasanya bersifat hafalan dangkal yang cepat terlupakan. Kebalikannya, belajar yang dilakukan sistematis, relatif lambat dapat menghasilakn pemahaman mendalam dan lebih permanen.
Kenyataan di lapangan, tidak jarang terjadi peserta didik merasakan cemas saat menghadapi tes dengan perhitungan waktu sesuai target yang ditentukan sebelumnya. Kecemasan dapat menjadi pemicu ingatan untuk bekerja terganggu dan dapat menyebabkan tidak mampu menjawab dengan baik dan benar. Tidak jarang peserta didik yang mengerjakan tes di bawah tekanan merasakan seolah-olah otak kosong. Stres dapat memblok memori kerja mereka dan terganggu saat mengerjakan tes. Kondisi semacam ini menyebabkan peserta didik mengalami kecemasan, ketakutan, dan trauma setiap akan mengerjakan soal tes.
Pembelajaran yang mendalam dapat memberikan wawasan, pengertian, dan pengetahuan yang dalam. Dalam pelaksanaannya, tidak perlu guru menuntut agar peserta didik dapat cepat belajar, buru-buru dalam menyelesaikan tugas belajar. Kelebihan pembelajaran yang lebih lambat dapat melatih kegigihan peserta didik. Selain itu, juga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat berpikir secara fleksibel. Mencari solusi atas masalah bisa dengan beragam cara/strategi. Memungkinkan ada banyak alternatif pemecahaman masalah. Sebagai contoh: dalam menyelesaikan operasi hitung 7 + 9 tidak harus dengan menjumlahkan secara visual, bisa juga dikerjakannya sebagai 6 + 10. Demikian pula dengan menghitung 16 – 13, tidak harus dikerjakan dengan menghitung mundur, tetapi bisa mengurangi 3 dari 6 dan 10 dari 10 untuk mendapatkan 3.
6. Pendekatan Tak Terbatas terhadap Kolaborasi
Penting bagi guru mengembangkan model cooperative learning untuk membekali peserta didik berkemampuan melakukan kerjasama dengan sesamanya. Melalui kolaborasi dapat menguatkan kompetensi karena tiap peserta didik terhubung dengan orang-orang dan gagasan-gagasan memperkuat jalur-jalur neural (sel saraf) selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif juga membiasakan peserta didik untuk berpikir terbuka. Hal ini karena mereka memahami adanya kemungkinan pendapatnya bisa saja salah, maka perlu berpikir terbuka, mendengarkan gagasan-gagasan teman sejawatnya dan bisa bekerjasama dalam menyelesaikan tugas belajar.
Perbedaan interaksi positif dan negatif dalam pembelajaran sering kali tergantung pada tindakan yang bisa dilakukan guru, sebagai berikut:
Banyak guru mengeluhkan peserta didik tidak berinteraksi dengan baik dalam kelompok-kelompok belajar. Hal ini karena kecenderungan peserta didik memiliki pikiran tertutup. Menyikapi kondisi ini, guru perlu menghargai setiap perbedaan dan keberagaman, serta mengembangkan pola pikir terbuka.
Penting memberikan tugas belajar yang memungkinkan peserta didik mempelajari sudut pandang dari orang lain, mengembangkan materi secara terbuka.
Guru perlu membantu peserta didik membuka diri dalam berbagai cara, berpikir alternatif dalam menyelesaikan tugas belajar. Menyadarkan peserta didik untuk menghargai perbedaan dan menerima keberagaman. Penyelesaian tidak harus satu jawaban pasti. Kita perlu mengembangkan kapasitas untuk terhubung dengan gagasan-gagasan orang lain yang mempertajam dan memperkaya kemampuan kita.
Saran dan Kesimpulan
Penting membuat perubahan-perubahan dalam memfasilitasi pembelajaran di kelas. Jika guru mencoba membuat perubahan produktif atau menyarankan sesuatu yang baru, dalam pembelajaran di kelas, dan sebagian peserta didik atau rekan guru sejawat atau kepala sekolah menjadi agresif atau tidak mendukung, bahkan melemahkan, cobalah untuk memandang kritik mereka sebagai pertanda bahwa kita sudah membuat suatu perubahan merespon perkembangan yang terjadi. Perubahan pola layanan pembelajaran harus dilakukan secara berkesinambungan disesuaikan dengan tuntutan perkembangan zaman. Bahkan penting juga perubahan pola tersebut mengantisipasi kemungkinan perubahan zaman saat peserta didik dewasa agar mampu mengambil peran penting berkontribusi dalam pembangunan.
2. Kesimpulan
Kesimpulan dari tulisan ini bahwa kemampuan otak setiap orang dapat ditingkatkan. Setiap peserta didik punya potensi besar dalam diri mereka masing-masing untuk dapat dikembangkan melalui pola pembelajaran yang tepat. Guru dituntut untuk bisa meyakinkan kepada peserta didik bahwa mereka mampu mempelajari dan menguasai kompetensi yang menjadi target keberhasilan tugas belajarnya. Pemberian motivasi secara terus menerus dan penggunaan metode yang tepat sangat membantu peserta didik untuk dapat belajar tanpa batas. Guru perlu menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif untuk mendukung keberhasilan peserta didik belajar.
Referensi
Jo boaler. 2021. limitless Mind. New York: HarperOne
Jl.Dr.Sutomo No.4 Palu Timur
Telephone (0451) 422792
Pos-el : set.lpmpsulteng@kemdikbud.go.id
Copyright © 2023
BPMP Provinsi Sulawesi Tengah
Terima Kasih Telah Berkunjung
Seberapa bermanfaatkah berita ini?
Berikan jumlah bintangmu untuk menilai Postingan ini!
Nilai rata-rata 5 / 5. Jumlah Voting 1
Belum ada penilaian!
7 komentar pada “Perubahan Pola Pikir Dalam Pembelajaran”
maksh atas sajian artikelnya, transparan dan transformatif, mau berbagi ilmu,
Terima kasih telah mengunjungi laman BPMP Sulteng
Terimakasih artikelnya kan admin, sangat bermanfaa
Terimakasih atas memberikan penjelasan yang terperinci. Yang bisa di pahami, oleh seseorang.
Terimakasih juga memberikan Semua artikel, yang sangat bermanfaat bagi saya.
Dari sini saya bisa paham, cara mengamati sebuah penjelasan, / ulasan yang sulit. Dan bisa dipahami dengan baik. Terimakasih ????
Terima kasih telah mengunjungi laman artikel BPMP Sulteng
Hellooo… Terimakasih atas informasinya yang sangat bermanfaat. Silahkan kunjungi laman web kampus kami tercinta walisongo.ac.id
Terima kasih telah membaca artikel kami, jangan lupa ber tanggapan pada kolom vote laman disudut kanan bawah.